Label 4

wisata

Buying A New Car

There are many things that you must consider when buying a new car. Most will have to do with the car itself such as what model to buy- the options you want to add- and the price of the car. However there is one thing that it always pays to check out first- and that is- who are you buying the car from.

CAR INSURANCE FOR LADY DRIVERS

Car insurance companies prefer lady drivers to their gentlemen counterparts because they are considered as much less risky drivers.It is not that the accident rates of ladies are low. They face as many accidents as males do

AUTO LOAN NEW CAR

Is it time to get a new car? Do you want to purchase a new car to replace your current worn down vehicle? If yes is your answer- then you might want to think about your purchase and getting a loan for your new investment

CAR INSURANCE

America has become a culture of cars-SUV's- minivans and sports coupes. With all this traveling in and out- back and forth around the maze that is the United States infrastructure

NEW CAR LEASING TIPS

If you do have an accident with the outside or the inside of the car - you may have to pay for the cost. You will also only be allowed to put on so many miles in your lease period. This is hard for many people that do drive a lot

Jumat, 27 April 2012

Menelusuri Jejak-Jejak Kerajaan Inderapura di Muaro Sakai.


Puing-Puing bekas Istana Kerajaan Inderapura
Kerajaan Inderapura terletak di Muaro Sakai kenagarian Inderapura kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan.
Kerajaan inderapura ini pernah mengalami kejayaan pada abad ke XVII-XVIII.
Samuderapura yang menjadi Bandar kerajaan Inderapura sangat ramai dikunjungi oleh kapal-kapal dagang eropa,asia dan timur tengah.
Kerajaan ini menjadi rebutan dari berbagai pihak dikarenakan posisinya sebagai kota pantai yang menjadi pusat perdagangan dengan komoditi utama emas dan lada (merica).
Hal ini dapat bertahan agak lama karena Kerajaan Inderapura juga memiliki armada laut yang kuat.
Dalam beberapa cerita di masyarakat ada yang mengatakan kalau kerajaan Inderapura berada dibawah kekuasaan pagaruyung,tetapi sampai saat ini tidak satupun bukti yang dapat membuktikan Kerajaan Inderapura ini tunduk kepada Kerajaan Pagaruyung.
Hal ini dapat dilihat dari cara Kerajaan Inderapura mengurus kerajaannya baik keluar maupun kedalam.
Tidak tersebut nama pagaruyung ketika Kesultan Aceh menanamkan pengaruhnya di Inderapura.Juga tentang batas kerajaan Inderapura yang hamper sama dengan batas-kerajaan pagaruyung. Ke utara sampai ke natal airbangis,ke selatan sampai teratak air hitam,ketimur sampai ke Durian ditakuk raja dan sebelah barata adalah samudera Indonesia.
Hal ini memang menjadi pertanyaan yang masih misterius untuk diungkapkan apakah ada hubungan antara Kerajaan Inderapura ini denagn kerajaan Pagaruyung.
Walau sekarang Kerajaan Inderapura sudah tidak ada lagi tetapi bekas-bekas kerajaan itu masih dapat kita jumpai di Muaro sakai Inderapura,kecamatan Pancung Soal Kabupaten pesisir Selatan Diantaranya :
Meriam besar yang terdapat di sekitar reruntuhan istana


Benda-benda pusaka milik kerajaan Inderapura

Makam raja Inderapura


Rumah Ahli waris kerajaan inderapura di Muaro Sakai Inderapura
Untuk mencapai lokasi bekas kerajaan Inderapura ini melalui jalan darat adalah dari Padang menuju Painan kabupaten Pesisir Selatan terus ke Inderapura kecamatan pancung Soal,setiba di Inderapura belok ke kanan ke arah Muaro sakai.sesampai di Pasar Minggu Muaro sakai wisatawan cari rumah yang ada meriamnya.Disini tanya nama Puti Agustina atau lebih dikenal dengan nama Uniang Gustina atau Bapak St.Zainal Arifin Abas kedua nama tersebut adalah ahli waris dari kerajaan Inderapura atau Bapak Mardiyon (oyon las) bapak ini merupakan sumando dirumah tersebut.
Wisatawan akan memperoleh penjelasan tentang kerajaan Inderapura dari orang-orang tersebut.

Eddy Hanafi Zaidir,SE (cucu) Puti Agustina (ahli waris kerajaan Inderapura) Amelia Zanidar Malik (cucu,adik bungsu Deni Malik)

Bpk.Mardiyon/Oyon Las (sumando), Bpk St.Zainal Arifin Abas (ahli waris Kerajaan Inderapura)

Selamat menelusuri Jejak-jejak kerajaan Inderapura yang pernah jaya dahulunya di bumi ranah minang ini.(Basriandi Abbas)

PLTA Koto Panjang

Kawasan PLTA Koto Panjang tidak semata-mata sebagai sumber tenaga listrik dan sumber air bersih, tapi juga menyimpan nilai historis bagi masyarakat Kabupaten Kampar dan Kabupaten Lima Puluh Kota khususnya serta masyarakat Provinsi Riau dan Sumatera Barat pada umumnya.

Pembangunan kawasan PLTA Koto Panjang dimulai tahun 1979, ketika PLN berencana membangun dam skala kecil di Tanjung Pauh untuk memanfaatkan air Batang Mahat, anak Sungai Kampar Kanan. Pada bulan September dan November 1979, TEPSCO (Tokyo Electric Power Service Co. Ltd.), sebuah perusahaan konsultan Jepang, mengirim tim pencarian proyek (project finding) ke Sumatera.

Dari hasil survey yang dilakukan, TEPSCO mengusulkan pembangunan waduk berskala besar di pertemuan Sungai Kampar Kanan dengan Batang Mahat yang lokasi damsitenya di daerah Koto Panjang. Pada bulan Januari 1993, pembangunan proyek yang terletak di tapal batas Provinsi Riau dengan Provinsi Sumatera Barat ini pun dimulai. Pada bulan Maret 1996, bendungan selesai dibangun dan langsung dilakukan ujicoba penggenangan air. Bertepatan dengan hari Jumat tanggal 28 Februari 1997, penggenangan air secara resmi dilakukan.

Keistimewaan

Kawasan PLTA Koto Panjang memiliki panorama alam yang indah dengan latar deretan bukit-bukit yang ditumbuhi berbagai jenis pepohonan. Dari jauh terlihat Gunung Bukit Barisan yang menjadi hulu air waduk ini. Air danaunya yang biru seakan-akan menarik pengunjung untuk mengarungi areal sekitar 12.900 hektar ini dengan perahu atau pompong. Kawasan yang asri dan tenang ini sangat cocok dijadikan tempat untuk melepaskan penat sehabis bekerja seharian atau sekadar untuk mencari inspirasi.

Lokasi

PLTA Koto Panjang terletak di Desa Merangin, Kecamatan Bangkinang Barat, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Indonesia.

Akses

Lokasi PLTA Koto Panjang berjarak sekitar 20 kilometer dari Bangkinang, ibukota Kabupaten Kampar. Dan berjarak sekitar 87 kilometer dari Pekanbaru, ibukota Provinsi Riau. Dapat diakses dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat, karena berada di pinggir jalan lintas utama yang menghubungkan Provinsi Riau dengan Provinsi Sumatera Barat.

Harga Tiket

Dalam konfirmasi

Akomodasi dan Fasilitas

Pada kawasan wisata PLTA Koto Panjang terdapat warung-warung yang menjual berbagai jenis makanan, minuman dan cinderamata.

Penulis : Yusriandi Pagarah
Sumber : Wisata Melayu

Puncak Lawang Danau Maninjau

Puncak Lawang Danau ManinjauAndaikan masalah SARS tidak pernah ada, seribu penduduk yang berada di sekitar danau Maninjau tentu telah menyaksikan 26 penerbang paralayang beraksi di langit biru. Ke-26 penerbang itu terdiri atas 13 atlet paralayang dari mancanegara dan 13 dari dalam negeri. Sayang, penyakit menakutkan itu membuat banyak perusahaan penerbangan mengurangi operasinya hingga 50 persen. Maka, yang berhasil datang ke danau Maninjau di bagian perut Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat ini hanya delapan atlet mancanegara yang datang. Selain itu, enam penerbang dari Agam dan tujuh dari Jakarta juga hadir untuk memenuhi undangan.

Hari Minggu, sejak pukul sembilan pagi, ke-21 penerbang paralayang ini berkumpul di Puncak Lawang, nama lokasi di ubun-ubun tertinggi pegunungan di sisi timur danau. Masing-masing membawa ransel punggung seberat 15 kilogram berisi payung terjun. Angin pagi semilir menyejukkan badan. Kecepatannya diukur, baru mencapai 5 hingga 7 kilometer per jam. Untuk terbang, diperlukan kecepatan angin minimal 10 kilometer per jam. Penerbangan paralayang yang ideal mesti didukung kecepatan angin antara 10—23 kilometer. Artinya, kalau lebih sudah tidak nyaman lagi, walaupun tak perlu dikatakan berbahaya.

Puncak Lawang Danau Maninjau Pukul 11 satu demi satu penerbang yang disebut pilot di dunia paralayang, mulai terbang. Bersiap di bibir jurang yang rimbun berhiaskan hutan ringan. Satu-dua orang membantu memegangi bagian parasut di arah belakangnya. Satu-dua menit kemudian…. hushhh…. parasut berbentuk payung memanjang terisi udara dari tiupan angin mengapung. Sang pilot berlari kecil dan tampak melayang bergantung di temali paraglider-nya. Ada yang langsung berposisi duduk. Penonton bertepuk gembira.

Danau Maninjau sudah sejak lama terkenal akan alamnya yang sangat indah. Pada ketinggian sekitar 900 meter di atas permukaan laut, pilot bergayut-gayut. Adanya bibir jurang yang panjang, juga rimbun, memberikan tempat yang nyaman bagi masyarakat untuk menikmati atraksi para pilot.

Seperti menikmati kekaguman penonton, para pilot ini bolak-balik, dari sebelah kiri ke ujung sebelah kanan, sambil menunjukkan kepiawaian terbang meliuk-liuk, sesekali mendekat hingga jarak 10—15 meter dari deretan penonton.
Di latar belakang pemandangan ke arah bawah, terhamparlah wajah tenang Danau Maninjau. Pemandangan serba hijau segar, dengan langit biru cerah, udara terasa membersihkan paru-paru.

Pilot paralayang menikmati hobi mereka yang bagi masyarakat di sana menjadi hiburan yang menyenangkan. Wisatawan yang biasanya hanya menikmati keindahan danau kini disuguhi atraksi yang menarik. Maka, tak heran jika jumlah pengunjung yang datang lebih dari biasanya.

Puncak Lawang Danau Maninjau Ajang paralayang itu adalah yang ketiga kalinya diselenggarakan oleh Pemda Kabupaten Agam. Acara ini menyatu dengan Festival Rakyat dan diselenggarakan selama tujuh hari berturut-turut. Jadi, setiap hari selama seminggu ini di Puncak Lawang, dan nun di bawah sana di tepi Danau Maninjau—namanya Rizal Beach—terletak padang tempat paralayang mendarat, berlangsung kegiatan pariwisata.

Sementara di udara para penerbang beraksi melayang membuat decak kagum bagi penonton, di darat ada suguhan kesenian tradisional masyarakat. Anda akan menyaksikan kesenian rakyat Anak Nagari. Dua hari menjelang penutupan event, dimanfaatkanlah danau itu dengan menggelar eksibisi Perahu Naga dan lomba dayung perahu yang disebut Lomba Biduak.

Tujuan Utama Wisata
Danau Maninjau telah menjadi salah satu objek pariwisata internasional. Jumlah wisman dari Eropa dan Amerika, ditambah dari Asia seperti Jepang, Australia, tahun demi tahun meningkat. Namun, hal itu terjadi sebelum Indonesia dilanda krisis berkepanjangan. Citra negatif akibat berbagai peristiwa yang menyangkut masalah keamanan—seperti tragedi Mei 1998 di Jakarta, bentrokan antaretnis di beberapa daerah—tak kunjung menghilang. Ini berpengaruh besar pada aspek pariwisata di Indonesia.

Wisman datang ke Sumatra Barat dari dua arah utama. Alternatif pertama dari Medan dengan pesawat terbang, yang kedua overland (jalan darat) dari Jakarta. Ada juga langsung dari Singapura atau Kuala Lumpur. Mereka menginap di kota sejuk Bukittinggi. Dari kota ini—yang mempunyai ciri khas jam gadang—wisman kemudian mengadakan perjalanan keliling ke objek wisata di seantero Provinsi Sumbar.

Danau Maninjau tentu menjadi tujuan wisata yang utama. Di sekitar danau, terdapat hotel untuk wisatawan. Belakangan, penduduk menyewakan juga rumahnya untuk tempat tinggal sementara para turis.
Bukittinggi dan danau berjarak tempuh mobil berkisar 40 menit. Perjalanan dari bandara Tabing di Padang ke Bukittinggi membutuhkan waktu dua jam dengan berkendara mobil. Dari danau menuju Puncak Lawang, akan melewati perjalanan dengan 44 belokan. Itu sebabnya rute ini dinamakan Kelok Ampek Puluh Ampek. Setiap kelokan memang patah. Dan setiap kelokan itu diberi nomor berurut, terpampang pada signboard di tiap sudutnya. Jarak tempuhnya kurang dari setengah jam.

Puncak Lawang Danau Maninjau Tak diragukan, kawasan itu menggoreskan kenangan indah bagi pengunjungnya. Para wisatawan biasanya tak hanya ingin menikmati keindahan alam, tetapi juga mengenal budaya masyarakatnya. Masyarakat Minang merupakan cerita menarik untuk didengar.

Adapun alam Danau Maninjau yang menakjubkan itu, kelilingnya berkisar 70 kilometer. Andaikan diolah, wilayah ini mampu memberikan berbagai aktivitas bagi peminat kegiatan di air. Tahun depan, ajang paralayang Danau Maninjau yang sudah terembrio sebagai peristiwa internasional akan diperluas lagi karena tanggal dan harinya telah diagendakan. Penting bagi wisman untuk mengetahui jadwal kegiatan di daerah wisata tujuan. Dengan begitu, mereka bisa mempersiapkan diri. Ah, andaikan tak ada SARS, tak ada invasi model Amerika ke Irak, tak ada citra keamanan yang buruk….kita boleh berharap pariwisata Indonesia bisa berkembang.

Penulis : Arifin Hutabarat
Sumber : Sinar Harapan

Menelusuri Keindahan Teluk Mande

Tak disangka di sebelah selatan Propinsi sumatera barat terdapat sebuah kawasan yang tak tertandingi keindahannya yaitu sebuah kawasan yang bernama Mande

Pada hari minggu tanggal 19 Juli 2009 kita mencoba menyusuri kawasan indah tersebut.Berangkat dari kampung Carocok Tarusan terus menuju desa Mande.Di perjalanan ini dapat kita saksikan peanorama indah teluk mande yang mirip seperti sebuah danau besar.Jalannya yang berliku-liku sebenarnya merupakan suatu pemandangan tersendiri.
Disini pemandangan tertuju pada panorama laut,pelabuhan carocok tarusan serta dari kejauhan nampak pulau cubadak dengan deretan cottage-cottagenya.

Memasuki Desa Mande,kita menjumpai sebuah desa nelayan yang disekelilingnya ditumbuhi hutan bakau yang masih terjaga keasriannya.
Terus lagi ke utara menuju desa Sungai Nyalo,jalan menuju desa ini cukup bagus,disepanjang perjalanan kita sisuguhi pemandangan Laut yang indah dari berbagai tempat memandang,lokasi ini sangat bagus bagi yang hobby fotografi,Disini kita sangat leluasa untuk memotret panorama laut teluk mande.

Setelah dari Sungai Nyalo kita terus ke Sungai Pinang,jalan menuju Sungai Pinang ini kurang begitu baik,banyak kerikil jalan yang lepas,jadi jika anda melewatinya dengan mobil sebaiknya dengan mobil yang siap untuk off road,dan jika dengan kenderaan roda dua harus yang telah disiapkan untuk medan yang berat.
Dari Sungai Pinang ini kita teruskan ke Sungai Pisang,jalan menuju daerah ini relative baik,daerah Sungai pisang dan keluar di teluk kabung Bungus,kodya padang.

Nah siap menantang medan berat kawasan Mande? Nikmatilah Keindahan yang disuguhi oleh alamnya.

Lok Uap di Muaro, Sisa Jalur Kereta Api Maut Muaro Sijunjung – Pekanbaru



Lokomotofif Uap di Muaro Sijunjung
MENYUSUR kawasan yang rusak diguncang gempa Sumatra Barat akhir 30 September lalu, maka jalur transportasi tak akan luput dari pantauan. Jalur transportasi tertua di Sumatera Barat, sama seperti di Jawa, tak lain adalah jalur kereta api. Sebelum menengok jalur kereta api yang melintas di Padang, ada baiknya kita menjenguk jalur yang agak berbeda, baik dari sisi kesulitan kawasan maupun dari proses pembangunan.

Jika semua jalur kereta api dibangun oleh Belanda, maka untuk jalur ini dibangun di masa pendudukan Jepang. Jalur mati ini tak lain adalah jalur Muaro Sijunjung - Pekanbaru. Yang menarik di kawasan hutan Sumatera ini tak lain adalah sisa lok uap zaman Jepang yang hingga kini masih teronggok di kawasan Muaro Sijunjung. Berdiri sendiri dengan kondisi yang sudah tak lengkap dan karatan, lok uap yang dari rodanya samar-samar terlihat angka 1904 itu sengaja ditempatkan di pinggir jalan kecil di antara hutan sebagai benda cagar budaya.

Untuk tiba ke lokasi, bukan hal yang mudah karena harus melewati jalanan sempit di antara hutan, sungai lebar, dan tebing-tebing. Jarak dari Sawahlunto ke Sijunjung sekitar 15 km tapi harus melalui jalan berkelok yang curam dan sulit dilalui. Rupanya kisah lok uap ini merupakan kisah penindasan puluhan ribu Romusha yang dipaksa bekerja oleh Jepang. Lok uap ini di masa Jepang pernah jadi lok yang menarik kereta di jalur Muaro - Pekanbaru.

Jalur kereta api Muaro-Pekanbaru (Logas), menurut pecinta sejarah kereta api, Tjahjono Rahardjo, selesai dibangun pada 15 Agustus 1945. Jalur yang kini sudah tak lagi terlihat bekasnya itu juga merupakan kuburan massal sekitar 50.000 romusha. Jalur Muaro - Pekanbaru merupakan bagian dari jalur yang direncanakan pemerintah Belanda untuk menghubungkan pantai timur dan barat Sumatera. "Tapi hambatannya sangat berat; banyak terowongan, viaduk dan jembatan harus dibangun. Karena belum dianggap layak, rencana itu tersimpan saja di arsip Nederlandsche-Indische Staatsspoorwegen (Perusahaan Negara Kereta Api Hindia Belanda).

Tahun 1942, ketika Jepang menduduki Indonesia, mereka menemukan rencana itu. Jalur rel itu akan membuat jalur transportasi yang menghindari Padang dan Samudera India yang dijaga ketat kapal perang Sekutu. "Jalur itu memperpanjang jaringan Staatsspoorwegen ter Sumatra Weskust (SSS) sepanjang 215 ke pelabuhan Pekanbaru," begitu tulis Tjahjono.

Material kereta api yaitu rel, lokomotif, dan gerbong didatangkan dari tempat lain termasuk beberapa lokomotif bekas Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) dan Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS).

Dalam referensi lain disebutkan, sebagian besar trayek Muaro-Pekanbaru sepanjang 220 km mengikuti jalur yang dirancang Staatsspoorwegen (SS) pada dasawarsa 1920-an, yang karena krisis ekonomi batal dibangun. Jalur rancangan ini memiliki tanjakan maksimum satu persen. Sekitar 85 persen jalur yang dibangun Jepang mengikuti rencana ini, namun tanjakan maksimum menjadi dua persen.

Perihal jalur kereta api maut, sejarah mencatat, Jepang menorehkan kisah kejam tak hanya di jalur Muaro Sijunjung – Pekanbaru, tapi juga di Banten Selatan di jalur Saketi – Bayah. Sebelumnya, Jepang sudah membuka jalur kematian dari Thailand ke Burma. Sebuah jalur kereta api yang juga sudah direncanakan oleh pemerintah Inggris, namun karena kondisi alam yang berat maka rencana itu dikesampingkan. Jepanglah yang kemudian mengacak-acak dokumen Belanda dan Inggris dan menemukan rencana jalur tersebut untuk kemudian mewujudkannya melalui tangan, darah, dan nyawa para romusha yang tak hanya terdiri atas bangsa Indonesia tapi juga Australia, Inggris, Amerika, dan Belanda.

Jadi selama Perang Dunia II (1938-1945) Jepang membangun tiga jalur kereta api di dua wilayah di Asia Tenggara yaitu jalur Thailand-Burma, Muaro Sijunjung-Pekanbaru, dan jalur Saketi-Bayah. Jepang menggunakan tahanan yang dipaksa kerja dan seperti dikirim ke neraka karena puluhan ribu jiwa melayang dalam proyek pembangunan jalur kereta api tersebut. Jalur kereta api di dua wilayah Indonesia itu tak lagi bersisa, seperti juga tragedi kekejaman Jepang yang seakan terlupakan.

Meski lok uap ini dijadikan cagar budaya, sayangnya lebih banyak orang yang tak tahu akan keberadaannya. Bahkan banyak orang tak tahu ada jalur kereta api Muaro Sijunjung-Pekanbaru. Lokasi cagar budaya berupa sisa lok uap di Muaro juga jadi salah satu kendala, yaitu di hutan Sumatera, meski panoramanya indah, dengan jalanan di sepanjang aliran sungai Batang Kuantan, tapi tak ada penanda yang menunjukkan arah lokasi.

Lokasi lok uap sisa jalur maut Sumatera itu ada di Jorong Silukah Nagari Durian Gadang Kecamatan Sijunjung. Lokomotif uap itu ditemukan masyarakat Silukah pada tahun 1980 saat pembuatan jalan darat dari Silokek ke Durian Gadang dan terus ke Tapus.

Selain di Silukah, jalur kereta api itu juga melewati Silokek, di mana romusha yang baru didatangkan dari Jawa, diturunkan di daerah Ngalau Cigak Nagari Silokek. Di sepanjang jalur Silukah-Silokek inilah terdapat kuburan masal dari ribuan bahkan puluhan ribu romusha. Silokek kini jadi tempat wisata karena pemandangannya.

Sumber: http://www.kompas.com